Sabar Ya, Chacha
Besok hari pertama puasa. Mama sibuk menyiapkan menu sahur untuk besok, dibantu Kak Amel dan Kak Chika. Chacha sedang bermain dengan Papa.
“Chacha, Chacha kan sudah besar, besok ikut puasa ya,” kata Papa.
“Puasa itu gimana sih, Pa?“
“Puasa itu tidak makan, tidak minum, dari subuh sampai maghrib.”
“Puasa itu gak boleh makan minum? Kalo Chacha lapar gimana?”
“Ya ditahan dong, Dek.“ Kak Chika menyahut dari dapur.
“Kenapa harus puasa? Kan gak enak nahan lapar, Pa,” kata Chacha. Dahinya berkerut.
“Puasa itu perintah Allah, seperti sholat. Kenapa Allah memerintahkan kita puasa? Biar kita bisa ikut merasakan apa yang dirasakan saudara kita yang kurang beruntung.“ Papa mencoba menjelaskan.
“Chacha kan suka makan, mana bisa gak makan seharian?“
“Dicoba dulu, Dek. Kalo gak dicoba, kan gak akan tahu rasanya,“ kata Kak Amel sambil mengacak rambut Chacha.
Ketika tiba saatnya sahur, setelah menyiapkan semua, Mama membangunkan Chacha untuk sahur bersama.
“Chacha, bangun yuk Sayang, kita sahur!“ Mama membangunkan Chacha untuk sahur.
“Ngantuk, Ma… Chacha gak mau sahur, mau tidur,“ kata Chacha.
“Kak Amel bikin susu cokelat kesukaan Chacha loh. Mau gak?“ Kak Amel ikut membujuk. Akhirnya Chacha mau bangun dan makan sahur.
“Setelah sahur, jangan langsung tidur lagi, ya? Kita tunggu sholat subuh dulu. Setelah itu, kalo Chacha masih ngantuk, boleh tidur lagi,” kata Papa. Chacha mengangguk.
“Jangan lupa baca niat puasa, ya.“
Setelah sholat subuh berjamaah, Kak Amel dan Kak Chika mengaji sebentar, sedangkan Chacha memilih tidur ditemani Mama.
Jam tujuh pagi, Chacha bangun. Chacha mencari Mama di dapur. Mam yang melihat Chacha tersenyum.
“Sudah bangun, Sayang? Mama siapkan masakan dulu ya? Setelah itu Chacha mandi.“
“Mau susu, Ma,“ kata Chacha.
“Lho, Chacha lupa ya? Kan lagi puasa, Nak. Kalau puasa kan gak boleh makan sama minum. Tunggu azan zuhur dulu ya, Sayang?“ Chacha mengangguk, walau mukanya murung. Mama tersenyum, dibelainya kepala Chacha.
“Ma, apa semua orang juga lagi puasa sekarang?“ tanya Chacha.
“Iya, Dek. Semua orang muslim lagi puasa sekarang. Papa, Mama, Kak Amel, Kak Chika, Chacha juga, semua sedang puasa. Karena puasa Ramadhan itu wajib bagi umat muslim,“ kata Kak Amel yang tiba-tiba ada di tangga bersama Kak Chika.
“Berpuasa itu menahan diri dari segala hawa nafsu termasuk nafsu amarah, nafsu makan, nafsu minum, dan segala yang membatalkan puasa dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Buat Chacha, karena masih belajar, boleh sampe bedug azan zuhur saja.“
“Kenapa harus puasa?“
Kak Chika dan Kak Amel saling pandang. Bingung bagaimana menjawab pertanyaan Chacha. Mama mendekat, duduk di antara mereka bertiga. “Karena Allah memerintahkan demikian, Nak. Kalo Papa menyuruh Chacha ambilkan koran di depan, Chacha nurut?“ tanya Mama. Chacha mengangguk.
“Nah, apalagi yang nyuruh Allah, Sang Pencipta. Kita harus patuh dan taat, ya, kan? Chacha tahu? Ternyata puasa itu menyehatkan, lho!“
“Kok bisa? Kan lapar, perut jadi sakit,” protes Chacha. Kedua kakaknya dan Mama tertawa.
“Karena dengan puasa, tubuh dibersihkan dari racun yang selama ini menumpuk di dalam. Kayak kamar Chacha yang berantakan sama mainan, terus diberesin sama Mama. Bersih, kan?“ Chacha tersenyum malu.
“Tapi Chacha lapar…“ Chacha meletakkan kepalanya di meja.
“Sabar ya, Sayang. Sebentar lagi azan zuhur kok.“
“Main dulu, yuk sama Kak Amel dan Kak Chika,” kata Kak Amel. Bertiga mereka pergi ke kamar, bermain bersama. Mama menatap ketiganya dengan senyum. Sabar ya, Chacha.