Nina senang sekali, besok adalah hari pertamanya sekolah di Taman Kanak-Kanak Kuncup Mentari. Kemarin, Bunda mengajaknya ke sana untuk melihat-lihat sekolah. Nina suka sekolahnya, ada banyak mainan di sana. Bu Guru yang menyapa Nina juga baik.
Siang ini, Nina menyiapkan tas dan alat tulis yang akan dibawanya sekolah besok. Ia suka sekali tas unicorn yang dibelikan Tante Hana. Warnanya ungu, bagus sekali. Nina memasukkan tempat pensil dan buku ke dalam tas. Nanti malam, ia akan mengisi botol barunya dengan air.
Malamnya, Nina tidak bisa tidur. Ia gelisah sekali. Berkali-kali ia bangun, Nina tiba-tiba takut. Bagaimana kalau ternyata Bu Guru di sekolah jahat? Bagaimana kalau teman-teman di sekolah suka menjahilinya? Bagaimana kalau ia ingin pipis, apa Bu Guru mau membantu?
“Lho, kok Nina belum tidur?”
Bunda masuk ke kamar Nina. Nina duduk di tempat tidur.
“Bunda, besok Nina nggak usah sekolah, ya?” kata Nina.
“Lho, kenapa?” tanya Bunda heran.
Padahal kemarin Nina sudah bersemangat sekali sekolah. Kenapa tiba-tiba Nina berubah pikiran?
“Nina takut, Bunda. Gimana kalo ternyata Bu Guru dan teman-teman jahat?” kata Nina dengan wajah sedih.
“Kan kemarin Nina sudah ketemu sama Bu Guru. Bu gurunya baik, kan?” tanya Bunda. Nina mengangguk.
“Gini deh, besok Bunda antar Nina dampai kelas. Kalau Bu Guru jahat, Nina boleh keluar. Tapi Bunda yakin, Bu Guru di sana baik-baik.” Nina mengangguk. Ia berharap Bu Guru baik.
“Sekarang, Nina tidur, ya? Sini, Bunda bacakan cerita.”
Nina senang sekali kalau Bunda membacakan cerita. Apalagi cerita karangan Bunda sendiri, tentang putri cantik dari Negeri Amora, Putri Nina.
Nina bangun pagi sekali. Biasanya, Bunda harus membangunkan Nina untuk mandi. Kali ini, Nina bangun sebelum Bunda membangunkannya. Tapi, Nina masih tidur-tiduran di tempat tidur. Ia menunggu Bunda datang.
“Eh, anak Bunda sudah bangun. Sudah siap mandi dan sekolah?”
“Bunda, boleh nggak, sekolahnya besok saja?”
Bunda duduk di samping Nina yang masih tiduran.
“Kenapa? Nina masih takut?” Nina mengangguk.
“Percaya deh, sama Bunda. Semua guru di sana baik-baik. Seperti kata Bunda kemarin, Bunda akan antar Nina ke kelas, dan Nina boleh keluar kalau merasa bu gurunya jahat. Bunda nggak akan memaksa.”
Nina menarik napas. Lalu ia mengangguk. Oke, Nina alan mencoba sekolah hari ini. Nina pun bangun dan bersiap mandi. Setelah sarapan, Nina dan Bunda berangkat.
Tak disangka, di depan sekolah Nina bertemu dengan Sasi, teman mainnya di rumah.
“Hai, Nina!” sapa Sasi.
“Hai, Sasi!” Nina dan Sasi senang sekali bisa sekolah bersama.
Bunda dan Mama Sasi bersalaman. Mereka berjalan bersama masuk ke sekolah.
“Bunda, Nina sama Sasi aja, nggak apa,” kata Nina. Bunda terkejut tapi senang.
“Beneran?” Nina mengangguk lalu berjalan ke kelas bersama Sasi setelah berpamitan pada Bunda.
Tak terasa, pelajaran sudah selesai. Nina dan Sasi keluar kelas dengan wajah gembira. Mereka jalan keluar kelas bersama.
“Bunda, ternyata bu gurunya baik. Tadi Nina pengen pipis, Bu Guru mengantar Nina ke kamar mandi,” cerita Nina pada Bunda.
“Oh, ya? Nina hebat, dong.” Bunda memuji.
“Besok, Nina nggak usah diantar ke kelas. Biar Nina jalan sama Sasi aja,” kata Nina lagi.
Bunda senang, Nina tidak takut sekolah lagi. Nina juga senang bermain dengan teman baru di sekolah.
“Bunda, sekolah itu menyenangkan, ya,” kata Nina waktu mereka berjalan pulang.