Tak Malu Minta Maaf

Sore itu, Chika bermain di rumah Faza. Seperti biasa, mereka bermain masak-masakan.

“Aku pinjam kompornya ya, Za,” kata Chika.

“Tapi aku lagi pakai kompornya buat masak,” jawab Faza.

“Gantian, dong! Kan dari tadi kamu sudah main kompor, sekarang giliranku,” kata Chika sambil berusaha mengambil kompor mainan di depan Faza.

“Gak mau, aku masih mau main kompornya,” Faza mempertahankan kompor mainannya.

“Aku mau pinjam,” Chika merebut mainan Faza.

Chika dan Faza saling berebut mainan. Sampai akhirnya, Chika memukul Faza. Faza pun menangis kesakitan. Chika meninggalkan Faza, antara takut dimarahi Mama Faza dan kesal.

Tangis Faza makin kencang. Mama yang sedang memasak di dapur menghampiri.

“Kenapa, Sayang? Lho, Chika mana?” tanya Mama.

“Chika pulang, Chika pukul Faza,” kata Faza di sela tangisnya.

“Kenapa kok dipukul?”

“Chika mau rebut mainan Faza,” lapor Faza.

Mama mengusap kepala Faza, lalu mendudukkan Faza di pangkuannya. Sambil mengelus kepala Faza, Mama menasehatinya.

“Faza, sholihahnya Mama, kalau mau punya teman, kita harus saling berbagi. Bukannya tadi Chika sudah bilang baik-baik kalo Chika mau pinjam mainan Faza?” tanya Mama.

“Iya, tapi Faza masih mau main kompornya,” jawab Faza masih dengan muka cemberut.

“Kan Faza bisa main yang lain dulu, Sayang.”

“Tapi kan itu mainan Faza.”

“Iya, Mama tau. Tapi tidak ada salahnya kan, kalo kita berbagi. Kan Chika cuma pinjam mainan Faza aja,” kata Mama sambil terus mebelai kepala Faza yang terdiam.

“Nanti sore, kita ke rumah Chika ya? Faza mina maaf sama Chika, oke?”

“Kan Chika yang pukul Faza, kenapa Faza yang harus minta maaf?” Faza menatap Mama dengan tatapan kesal.

“Sayang, tidak ada salahnya minta maaf duluan.”

Faza masih belum mau menerima kata-kata Mama. Masih kesal karena Chika memukulnya, juga karena Mama tidak membelanya.

“Sayang, meminta maaf itu bukan cuma karena kita salah saja. Minta maaf juga bisa bikin yang berantem jadi baikan, kayak Faza sama Chika. Faza masih mau punya teman?” tanya Mama. Faza mengangguk.

“Kalo gitu, nanti sore kita ke rumah Chika ya? Kita minta maaf sama Chika,” kata Mama.

Setelah tidur siang dan mandi, Faza dan Mama bersiap pergi ke rumah Chika yang ada di samping rumah Faza. Belum lagi Mama dan Faza berangkat, Chika dan Tante Emma memasuki halaman rumah Faza.

“Assalaamu’alaikum, gimana kabarnya Faza, Mama?” sapa Tante Emma.

“Wa’alaikum salam, hai Chika, hai Mama Chika,” jawab Mama.

“Faza, ini Chika mau ngomong katanya,” kata Tante Emma. Chika tampak malu-malu berdiri di belakang Tante Emma.

“Wah, sama dong! Faza juga mau ngomong nih sama Chika,” kata Mama.

“Tuh, ayo Chika, ngomong sama Faza,” Tante Emma berlutut di samping Chika.

“Faza, Chika minta maaf ya udah pukul Faza,” kata Chika pelan.

“Iya, Faza juga minta maaf ya gak kasih pinjam mainan Faza,” kata Faza.

“Main lagi, yuk,” ajak Chika.

“Ayo, tapi aku mau main kompor ya? Kamu main yang lain.”

“Aku boleh pinjam pasir ajaibnya?” tanya Chika.

“Boleh,” jawab Faza.

Tak lama keduanya sudah bermain bersama. Mama dan Tante Emma menatap mereka dengan hati senang.

Tidak ada salahnya meminta maaf dulu siapa pun yang salah, kan?