
Setelah puas menikmat keindahan pantai indah yang berjajar di Tuban, kami memutuskan destinasi selanjutnya adalah Alun-alun kota Tuban. menikmati suasananya di malam hari terlihat berbeda dibandingkan ketika matahari masih bersinar terang.
Apalagi, Alun-alun dan Masjid Agung Tuban ini berdekatan dengan Wisata Religi Makam Sunan Bonang. Ya, makam sang Sunan terletak tepat di belakang Alun-alun dan Masjid Agung. Walau malam sudah semakin larut, suasana di sekitaran Makam Sunan Bonang tak pernah sepi. Banyak sekali pengunjung dari berbagai daerah yang menyempatkan atau bahkan mengkhususkan diri datang ke makam sang wali.
Mereka rata-rata datang dalam rombongan bus besar yang memang mengkhususkan diri datang berziarah ke makam para wali yang tersebar di selruh pulau Jawa. Ada yang menyebut kegiatan ini Ziarah Wali 5, artinya mereka mengunjungi lima makam wali.

Tak hanya bertujuan berziarah, para pengunjung juga pasti menyempatkan waktu membeli oleh-oleh di pasar yang ada di dekat makam. Termasuk saya dan suami, walau kami tidak ikut berziarah…hehehe. Pencinta batik pasti akan menyempatkan diri mampir ke pasar ini. Banyak jenis ragam batik yang ditawarkan, mulai kaos, rok, daster, rok, hingga kemeja. Mulai ukuran anak-anak hingga dewasa.
“Pilih, mana yang disuka. Ambil aja,” kata suami membuat mata saya berbinar.
Tak lama, saya mulai memilih baju yang saya suka. Tidak hanya untuk saya, tapi juga untuk para keponakan yang menunggu di rumah. Tentu saja, pasar ini tak hanya menjual aneka baju dan kain sarung saja. Banyak juga pedagang yang menjajakan aksesoris, seperti gelang, cincin, tasbih, bahkan mainan anak. Tak banyak yang kami beli waktu itu, hanya beberapa potong baju. Mengingat kami masih punya satu tujuan lagi yang harus kami datangi.

Pemandangan menakjubkan mencuri perhatian saya. Di sepanjang jalan di samping makan Sunan Bonang, berjajar puluhan bahkan mungkin ratusan becak dalam dua baris. Ketika ada pengunjung yang membutuhkan becak, maka becak yang ada di barisan terdepan yang akan membawa penumpang tersebut tanpa ada cek cok dengan becak lain. Ini termasuk hal ajai menurut saya. Hehehe.
Entah siapa yang membuat aturan tersebut. Ingin rasanya saya menanyakan hal ini pada para bapak tukang becak yang ada di sana. Sayang, saya belum berkesempatan bertanya pada mereka.
Nanti, suatu saat nanti saya aka kembali ke Alun-alun Tuban dan Makam Sunan Bonang untuk mendapatkan jawaban. Nantikan kelanjutan perjalanan saya bersama suami di part selanjutnya.